Setiap kali kau tersenyum padaku, setiap kali itulah aku jatuh cinta lagi padamu. Kau di hatiku, sungguh.Ada kabar buruk. Aku sengaja berhenti dari pekerjaan yang selama ini aku tekuni. Aku memilih itu agar memiliki lebih banyak waktu untuk memikirkanmu.
Seandainya aku bisa memilih, aku ingin menjadi air matamu saja. Yang terekam dalam hati, keluar lewat mata, hidup di jari jemarimu dan mati di bibirmu.Aku sering menganggap diriku gila. Tak tau kenapa aku selalu tersenyum sendiri tanpa sebab. Setelah aku teliti, ternyata itu terjadi karena aku memikirkanmu.
Aku heran, bagaimana mungkin seorang pria dapat menyia-nyiakan bidadari sepertimu?! Aku tak ingin menjadi orang yang merugi. Kuingin menjadi cinta sang bidadari.Andai aku dapat memilih memberi sebuah anugerah padamu, aku ingin kau mampu melihat dengan mataku. Agar kau tau, betapa istimewanya dirimu bagiku.
Aku bingung, harus tersenyum karena menjadi temanmu, atau menangis karena tak bisa menjadi seseorang yang lebih dari itu?!Berjumpa denganmu adalah takdirku. Menjadi sahabatmu adalah pilihanku. Tapi mencintaimu, sungguh itu di luar kendaliku. Rasa itu muncul begitu kuatnya. Hingga tak mampu aku membendungnya.
Izinkan aku menjadikan kebahagiaanmu sebagai kebahagiaanku. Aku tak pernah ingin melihatmu terluka. Entah karena apa, sepertinya Tuhan memang menciptakan aku untuk itu.Akhirnya doa yang kupanjatkan tiga tahun ini dikabulkan oleh Tuhan. Aku sebenarnya tak meminta banyak. Aku hanya meminta satu hal, kebahagiaan tiada tara. Dan Tuhan telah mengirimkan kau buatku.
Aku mau minta izin. Bolehkah aku meminjam bayangmu untuk beberapa jam ke depan?! Aku ingin tersenyum menyaksikanmu hadir dalam alam imajiku. Kau terindah.Maukah kau tau seberapa dekat kau denganku? Kau laksana urat nadi, dan aku adalah tenggorokannya. Kita dekat, dan saling melengkapi.
Cukuplah ini saja yang terjadi padaku. Aku ingin mati saja. Karena kematian dalam keindahan cintamu lebih terasa istimewa daripada nanti aku mati saat kau meninggalkanku sendiri.
Sumber : http://meetabied.blogspot.com/2011/11/kata-mutiara-gombal.html
Share
Comments
0 comments to "Kata Mutiara Gombal"
Post a Comment